"E-book ngga laris di sini (Indonesia)" kata Komandan sore itu sebelum pandangannya tertuju pada jalanan Jakarta.
Saya belum puas dengan jawabannya. Kepala masih thuing-thuing, apa sebab e-book belum atau tidak laris di Indonesia?
Kebetulan di Facebook tiba-tiba seorang teman yang mantan juragan buku dan kini memilih jadi penulis buku kreatif muncul--(kalimat ini bertele-tele kah?).
Melalui fasilitas chating saya langsung tembak dia dengan pertanyaan, "Apa sebab di Indonesia e-book ga laris?"
"Masyarakat kita ini masih riil, membeli sesuatu masih harus ada barangnya," jawabnya.
Obrolan tak berlanjut, sebab akses internet tiba-tiba nge-drop. Tinggalah saya masih dengan rasa penasaran.
dari hasil obrolan singkat itu saya mencoba menyimpulkan bahwa tidak serta merta para pembaca buku beralih ke e-book. Mereka masih bersikukuh untuk tidak meninggalkan kebiasaan mereka membeli buku dengan cara konvensional. Datang ke toko buku, lapak-lapak buku, memilah-milah dan lantas membelinya. Membawanya ke rumah, jika sempat membacanya, jika tidak di tata di rak buku, di baca sewaktu-waktu.
Toh tak ada yang salah dari kebiasaan macam itu.
Tapi ketahuilah di sini, di negeri-nya Mbah Surip, tetap saja menyisakan sesuatu yang timpang. Dalam industri buku, penulis seperti anak tiri. Kecuali mereka, penulis yang bernasib mujur macam Andrea Hirata atau Habiburahman el Shiraizy yang mendapatkan royalti cukup menghidupi 3 turunan. Tapi bagaimana dengan nasib mereka, para penulis buku yang karyanya tidak dihargai? Menagih royalti saja seolah dianggap tukang palak? Dan mereka hanya dapat 10% dari penjualan buku. Lebih lagi, penerbit sering "nakal" dengan tak memberikan data valid mengenai jumlah buku yang dicetak atau terjual.
Kenapa pula saya memikirkan mereka para penulis yang belum beruntung ini? Nasib, kata teman, adalah kesunyian masing-masing. Kata Seno Gumira, kalau mau jadi penulis sejati tak usah memikirkan royalti. Lantas apa kaitan semua ini, e-book, penulis, royalti, dan industri buku?
Saudara, apakah Anda punya jawabannya?
3 komentar:
Kata orang bangsa kita itu memiliki minat baca tinggi tapi minat belinyalah yang rendah. buktinya banyak buku perpustakaan yang tidak pernah kembali lagi.
saya ada sedikit jawabannya...
saya ada jawabannya sedikit..karena dilihat dari sudut pandang hukum..silakan hubungi a_isroni@yahoo.com
c.p:085321056166
Post a Comment