rangkuman pengetahuan, resensi buku, dan opini

23 February 2014

Usman-Harun dan Nasionalisme di Laut



Jangan-jangan karena TNI AL kebingungan memilih nama kapal baru, dipilihlah nama Usman-Harun. Sebab dari 147 pahlawan yang terdaftar di Kementerian Sosial, pahlawan nasional dari TNI Angkatan Laut jumlahnya bisa dihitung anak di Pendidikan Anak Usia Dini: (1) RE Martadinata, (2) Yos Sudarso, (3) John Lie, dan (4) Usman bin Muhammad Ali (5)Harun bin Said. Tiga nama terakhir ini yang belum dipakai untuk menamai nama kapal milik TNI AL. Seperti diketahui selama ini penamaan kapal di AL diimpor dari Pahlawan Pergerakan dan pahlawan dari Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Kepolisian. Sebut saja misal, KRI Ki Hajar Dewantara (pahlawan pergerakan), KRI Ahmad Yani (AD), KRI Abdul Halim Perdanakusuma (AU), dan KRI Karel Satsuit Tubun (Kepolisian).

Barangkali inilah saatnya bagi TNI AL untuk menamai kapal perang mereka dari kesatuan mereka sendiri. Sebab dalam catatan sejarah belum pernah didengar peranan Satsuit Tubun menjaga wilayah laut, kecuali dia meninggal karena peluru pasukan penculik AH Nasution. Oleh karena itulah saya pikir cukup syah dan meyakinkan apabila kemudian TNI AL menamai kapal korvet mereka dengan nama John Lie dan Usman-Harun. Korvet adalah kapal dengan tugas melakuan patroli yang bisa melakukan operasi sergap dan serbu secara mandiri. Mirip yang dilakukan Usman-Harun ketika melakukan penyusupan ke jantung kota Singapura yang pada saat itu menjadi basis tentara Inggris.

Sekali lagi dari sisi Indonesia, dari kacamata nasionalisme sentris (baca TNI AL) keberhasilan Usman-Harun dalam melakukan aksi sabotase itu adalah jasa yang patut dihargai. Sebagaimana jasa KKO yang berhasil menyusup ke Australia pada operasi Seroja Timor Timur dan tinggal menunggu perintah komandan: ledakkan!

Ini artinya, AL Indonesia itu jangan diremehkan. Bahkan ketika penamaan Usman Harun itu dipermasalahkan di Singapura, itu pun setidaknya jadi satu simbol bahwa di laut kita ini (masih) berani. Lagi pula jika Singapura sekarang sewot kenapa pula dulu Lee Kuan Yeuw tabur bunga di atas makam Usman-Harun? Kenapa pula Singapura berbeda sikap hari ini? Jika memposisikan diri sebagai Singapura, lebih menyakitkan mana antara mengetahui perdana menterinya tabur bunga di atas makam “teroris” daripada mengetahui sebuah nama kapal yang belum tentu bisa menembak mereka?

Sewot, katakan saja begitu, itu lumrah saja dalam citra rasa sebagai bangsa dan negara. Kesewotan itu adalah tanda bahwa kita masih berbangsa dan bernegara. Saya, dan mungkin juga Anda, akan sewot pula apabila ada sebuah kapal perang Belanda bernama Westerling. Tapi saya kira itu pun sebatas sewot yang sangat kecil kemungkannya untuk dijadikan alasan kembali berperang melawan Belanda. Dan apabila AL Indonesia menghadirkan lagi “pahlawan-pahlawan” mereka, itu pun penting bagi setiap marinir, dan Indonesia. 













.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Usman-Harun dan Nasionalisme di Laut

  • Kamus Sejarah Agama Islam: Belajar Sejarah Islam Lebih Mudah Islam dengan segala isinya, bagi saya, selalu menarik untuk dikaji dan dipelajari. Terutama bagi saya yang menyukai sejarah, buku sejarah Islam selalu menggoda untuk di ...
  • Berbagi dan Dibayar Selama ini yang terjadi setiap contributor konten hanya dimanfaatkan oleh korporat. Misalnya saja para kompasianer yang hanya dipakai untuk mengatrol traffic komp ...
  • Sejarah Menurut Para Jin Saya tertarik begitu pertama kali menyaksikan acara "sisi lain sejarah" di salah satu televisi swasta. Ketertarikan saya terlebih karena acara ini mencoba menguak ...
  • e-book Gratis di Indonesia Bisa dibilang hingga kini idustri buku cetak Indonesia belum tergoyahkan oleh munculnya ebook. Berbeda dengan di Amerika Serikat, amazone ternyata berhasil menggeser p ...
  • Kamus Fisika Lengkap: Tentang Jarak yang Tawarkan Rindu Sebuah tantangan buat saya ketika harus meresensi sebuah kamus. Apalagi kamus fisika, bidang keilmuan yang kurang saya pahami. Nilai fisika saya waktu SMA tidak pern ...

0 komentar: