Bisa dibilang hingga kini idustri buku cetak Indonesia belum tergoyahkan oleh munculnya ebook. Berbeda dengan di Amerika Serikat, amazone ternyata berhasil menggeser perilaku konsumen buku cetak ke buku digital. Meskipun demikian, kemunculan ebook di Amerika tak sepenuhnya mematikan industri buku cetak. Amazone ternyata cukup sukses menjual content (buku) beserta alat bacanya ereader.
Di Indonesia sebenarnya pernah ada penyedia ebook mirip amazone, namanya papataka.com. Berbeda dengan penyedia ebook lain yang bertebaran di internet, papataka.com mencoba secara serius dan profesional produk mereka. Tapi usaha itu belum cukup berhasil. Umurnya pun ternyata tak bertahan lama.
Setelah kematian papataka.com muncul qbaca.com dan bukuon.com. dua nama penyedia ebook ini merupakan milik operator seluler ternama di Indonesia. Namun hingga kini pun keduanya masih belum banyak dikenal dan mampu menggeser peta pemasaran buku cetak di Indonesia. Meski dalam sisi kemampuan modal kedua situs penyedia ebook ini sebenarnya mampu untuk menjadi pionir penyedia ebook di Indonesia.
Lambatnya perkembangan ebook di Indonesia mungkin menjadi kegembiraan bagi para pelaku industri buku cetak. Sebaliknya, menjadi satu kemasgyulan bagi para pencari ebook. Apalagi ke depan, tingkat mobilitas manusia modern semakin tinggi. Mereka tidak sempat ke toko buku karena harus dihadapkan pada masalah kemacetan lalu lintas dan ketersediaan waktu luang. Pertama, belum ada pelaku industri buku di Indonesia yang secara serius menggarap ebook. Bahkan penerbit-penerbit buku berskala besar di Indonesia nyaris belum ada yang mencoba menggarap industri ebook. Paling banter penerbit-penerbit buku baik skala besar maupun medium sebatas menjual buku cetak mereka secara online.
Penjualan ereader di Indonesia seperti misal kindle belumlah maksimal sebagaimana penjualan smatphone. Kenapa juga harus ebook reader? karena piranti ini berkaitan dengan kenyamanan pembaca.
Contoh kindle menggunakan teknologi e Ink yang memberikan kenyamanan pada pembaca senyaman membaca buku cetak. Ebook hanya bisa dibaca pada saat ada cahaya baik lampu mapun sinar matahari. Persis perilaku pembaca buku cetak yang hanya bisa membaca pada saat ada cahaya. Teknologi ini memberikan kenyamanan karena tidak melelahkan mata sebagaimana ketika orang membaca dalam jangka waktu lama di depan layar komputer atau handphone.
Setidaknya teknologi seperti kindle ini menjadi mahal jika masuk ke pasaran di Indonesia. Harganya yang mencapai 2 jutaan belum mendapatkan hati bagi pasaran umum di Indonesia yang kadung terjangkiti virus gratis. Perilaku konsumen di Indonesia rata-rata beranggapan bahwa semua yang tersedia di internet seyogyanya gratis. Hal ini bisa diketahui dari statistik di mesin pencari di Indonesia yang melakukan pencarian dengan keyword “gratis” atau “free”.
Di Indonesia sebenarnya pernah ada penyedia ebook mirip amazone, namanya papataka.com. Berbeda dengan penyedia ebook lain yang bertebaran di internet, papataka.com mencoba secara serius dan profesional produk mereka. Tapi usaha itu belum cukup berhasil. Umurnya pun ternyata tak bertahan lama.Setelah kematian papataka.com muncul qbaca.com dan bukuon.com. dua nama penyedia ebook ini merupakan milik operator seluler ternama di Indonesia. Namun hingga kini pun keduanya masih belum banyak dikenal dan mampu menggeser peta pemasaran buku cetak di Indonesia. Meski dalam sisi kemampuan modal kedua situs penyedia ebook ini sebenarnya mampu untuk menjadi pionir penyedia ebook di Indonesia.
Lambatnya perkembangan ebook di Indonesia mungkin menjadi kegembiraan bagi para pelaku industri buku cetak. Sebaliknya, menjadi satu kemasgyulan bagi para pencari ebook. Apalagi ke depan, tingkat mobilitas manusia modern semakin tinggi. Mereka tidak sempat ke toko buku karena harus dihadapkan pada masalah kemacetan lalu lintas dan ketersediaan waktu luang. Pertama, belum ada pelaku industri buku di Indonesia yang secara serius menggarap ebook. Bahkan penerbit-penerbit buku berskala besar di Indonesia nyaris belum ada yang mencoba menggarap industri ebook. Paling banter penerbit-penerbit buku baik skala besar maupun medium sebatas menjual buku cetak mereka secara online.
Penjualan ereader di Indonesia seperti misal kindle belumlah maksimal sebagaimana penjualan smatphone. Kenapa juga harus ebook reader? karena piranti ini berkaitan dengan kenyamanan pembaca.
Contoh kindle menggunakan teknologi e Ink yang memberikan kenyamanan pada pembaca senyaman membaca buku cetak. Ebook hanya bisa dibaca pada saat ada cahaya baik lampu mapun sinar matahari. Persis perilaku pembaca buku cetak yang hanya bisa membaca pada saat ada cahaya. Teknologi ini memberikan kenyamanan karena tidak melelahkan mata sebagaimana ketika orang membaca dalam jangka waktu lama di depan layar komputer atau handphone.
Setidaknya teknologi seperti kindle ini menjadi mahal jika masuk ke pasaran di Indonesia. Harganya yang mencapai 2 jutaan belum mendapatkan hati bagi pasaran umum di Indonesia yang kadung terjangkiti virus gratis. Perilaku konsumen di Indonesia rata-rata beranggapan bahwa semua yang tersedia di internet seyogyanya gratis. Hal ini bisa diketahui dari statistik di mesin pencari di Indonesia yang melakukan pencarian dengan keyword “gratis” atau “free”.
0 komentar:
Post a Comment