rangkuman pengetahuan, resensi buku, dan opini

25 March 2007

Menelaah Peradaban Islam di Indonesia


Bicara sejarah peradaban sama halnya bicara warisan pusaka. Warisan itu dirawat dan dijaga untuk tetap “mengabadi”. Andai warisan pusaka itu tak dirawat maka orang yang diamanahi menjaganya akan kualat. Karena warisan itulah yang menjadikan pewaris akan menyatukan dirinya atau bahkan sebaliknya mengklaim sebagai yang paling berhak dan layak mendapatkannya.

Dalam konteks sejarah peradaban, Islam adalah warisan “pusaka”. Satu nilai yang agung dan mulia dari masa lalu yang akan diabadikan dan tak dibiarkan retak. Islam akan terus dijaga dan dirawat oleh pewarisnya kini dan bahkan selamanya. NU, Muhamdiyah, PKS, PBB, PPP, FPI dan JIL dan elemen-elemen lain adalah pewaris yang merasa memiliki “pusaka” itu.

Apa yang nampak dari usaha-usaha “merawat” Islam itu nampak nyata kini. Gerakan-gerakan Islam kontemporer ala FPI dan JIL, atau partai Islam ala PKS, PBB dan PBR tak terlepas dari gerakan-gerakan Islam sebelumnya yang sempat dibungkam Orba dan kini tampak lebih tegas. Di masa Orba usaha merawat Islam selalu dihalangi dengan cara-cara sadis dan radikal dengan jalan memberikan stereotip: makar!. Tiap gerakan Islam yang dinilai membahayakan langsung dicap makar, disikat bedil.

Usaha perawatan itu harus dibayar mahal oleh gerakan maupun partai-partai Islam. Masa Orba adalah masa ketika gerakan dan partai Islam diwadahi dengan didirikannya PPP pada 5 Januari 1973. Upaya itu dilakukan Soeharto untuk pembenaran kebijakannya. Menurut Orba, belum berhasilnya PSII pada pemilu 1973 membuktikan bahwa yang mampu menyatukan umat Islam adalah organ bentukan pemerintah. Sepintas nampak yang dilakukan Orba sangat moderat terhadap kalangan Islam. Alih-alih disatukan justru melemahkan gerakan-gerakan dan partai Islam yang getol merawat Islam di Nusantara.

PSII yang lahir atas inisiatif kalangan Islam sendiri melakukan hal serupa, setelah Masyumi dibubarkan Soekarno pada 1960. Dengan radikalis Soekarno memenjarakan Moh. Roem dan Hasyim Azhari. Orla tak mau Masyumi yang didirikan oleh tokoh-tokoh Islam dari pelbagai elemen menjadi satu kekuatan besar menandingi golongan nasionalis dan komunis yang sejalan dengan idenya. Keinginan Soekarno menjadikan PNI sebagai partai tunggal dan ide NASAKOM-nya mendapat reaksi dari kalangan Islam.

Dari situ sebenarnya nampak bahwa setiap usaha merawat Islam selalu mendapat halangan. Dari dalam Islam Nusantara sendiri ada semacam persinggugan di antara elemen-elemen yang ada. Persinggungan itu sudah ada semenjak Sunan Kudus dan Kalijaga bersinggungan pendapat dalam perkara Sutawijaya dan Aria Penangsang 5 abad lampau. Perkaranya Sutawijata dinilai Sunan Kudus kurang bisa merawat Islam dibanding Aria Penangsang kala itu.

Meskipun ada persinggungan di Jaman kejayaan Islam Nusantara, usaha merawat Islam seperti tak mendapat halangan. Islam berhasil masuk dalam birokrasi dan sistem pemerintahan. Syekh Siti Jenar adalah contoh lain, ketika “usaha” merawat Islam direpresentasikan dengan cara berbeda. Jadilah dia diadili oleh rekan-rekannya sendiri yang getol merawat Islam asli dari tanah Arab.

Usaha perawatan itu terus berubah dan diregenerasi. Pendidikan Islam yang akan melahirkan dari pewaris-pewaris Islam. Pesantren, sekolah Islam formal, dan univeristas-universitas Islam baik di dalam dan luar negeri yang akan meregenerasi dan mencari format baru untuk merawat Islam. Selama pendidikan Islam itu ada, selama itu pula Islam akan terus terjaga. Mereka para lulusan pendidikan Islam yang akan melahirkan gagasan tentang bagaimana Islam akan tetap terus mengabadi di Nusantara ini.

Apa yang tertulis di atas, sebenarnya yang nampak menarik dari buku Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Satu buku yang ditulis dosen Sejarah Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dari buku ini pula terlihat bahwa sejarah peradaban Islam ditulis cukup obyektifif. Siapapun pembacanya, kalangan non-Islam sekalipun akan dengan gamblang mengerti sejarah perdaban Islam di bumi merah putih ini. Karena keberhasilan mendekati obyektif itu pula, buku ini menjadi referensi yang selayaknya menambah deret buku-buku favorit di rak buku Anda.


Identitas Buku:
Judul : Sejarah Peradaban Islam di Indonesia
Editor : Mundzirin Yusuf, dkk.
Penerbit : Penerbit Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : I, Juni 2006

Tebal : 305 hlm

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Menelaah Peradaban Islam di Indonesia

  • Gardu-gardu yang Mengawasi Menara, gardu, dan mercusuar adalah prasasti dalam tiga dimensi yang lahir dari rahim sejarah. Di prasasti itulah semangat jaman, sosio-ekonomi, politik, kekuasaan, da ...
  • Poeze, buku, dan Sejarah"Leiden mebuat buku sejarah dengan segudang data, Cornell membuat buku sejarah dengan permainan bahasa". Kalimat ini saya jiplak dari obrolan kecil dengan seorang karib, ...
  • Disiplin, Kerja Keras, Kreatif dan Mandiri dalam Pendidikan Karakter Kurikulum 2013 Hari makin sore. Matahari sebentar lagi tenggelam dan langit mulai agak temaram. Satu demi satu layang-layang sudah ditarik dari angkasa. Semua orang pulang ke rumah m ...
  • Prahara Parisj van Java Sekali peristiwa di Bandung, sehari sebelum kudeta, pagi 22 Januari 1950 Westerling bercakap-cakap sambil minum-minum di Hotel Preanger dengan kenalannya. Malam hari, ...
  • Cina dalam Bingkai Sastra: Perempuan Bernama Arjuna 2 Saya masih tetap perempuan bernama Arjuna. Ibu Jawa—Islam. Ayah Cina—Kristen. Supaya Anda juga tak lupa, suami saya Jean-Claude van Damme yang namanya mengingatkan ...

0 komentar: