![]() |
Adjid Thohir penulis Shirah Nabawiyah. Foto. UIN SGD |
Hingga hari ini
kajian tentang kemampuan literasi Nabi Muhammad Saw masih menjadi kajian
menarik bagi para peneliti muslim. Sebagian ulama meyakini bahwa Nabi Muhammad
Saw sama sekali buta huruf sehingga beliau dikatakan tidak bisa membaca dan
menulis.
Pendapat ini jamak diketahui oleh umat muslim. Bahkan para orientalis
juga ikut mendukung pendapat bahwa Nabi Muhammad Saw bukan orang berpendidikan
yang punya kemampuan membaca dan menulis. Demikian diungkap Ajid Thohir,
Dosen Sejarah dan Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
“Ketika terjadi perbedaan penafsiran terhadap kata “ummi, perbedaan pendapat serupa kerap terjadi di kalangan umat Islam terkait status ke-ummi-an Nabi Muhammad Saw, apakah beliau benar-benar buta huruf atau tidak,” tulis Thohir.
Dalam buku terbarunya Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad dalam Kajian Ilmu Sosial-Humaniora. Thohir menyatakan bahwa
pendapat ulama yang menyatakan Nabi tidak bisa membaca dan menulis bukan satu-satunya penafsiran tentang Rasulullah. Ada ulama
yang mengatakan yang menyatakan Nabi Muhammad Saw tidak buta huruf.
Dalam buku yang
diterbitkan pada Oktober 2014 itu Thohir mengutip pendapat beberapa ulama besar
seperti Syaik Imam Asy’ri Muhammad at-Tamini dan Dr. Sayid Abdul Latif yang
menyatakan bahwa Nabi Muhammad punya kemampuan berliterasi.
Menurut Thohir,
Muhammad At-Tamini pernah mengatakan bahwa sebenarnya yang dimaksud ummi adalah orang yang belajar secara
luar biasa, bukan melalui kaidah biasa atau belajar dengan proses biasa. Tujuan
belajarnya adalah supaya menjadi pandai, dengan mengisikan ilmu ke dalam akal
dan rohnya. Itulah hakikatnya. Jika ada seseorang pintar karena berguru dan
belajar di sekolah itu merupaan hal lumrah. Karena Rasulullah adalah sosok yang
luar biasa, maka Allah menjadikannya pandai tanpa proses biasa.
Thohir juga mengutip
pendapat Dr Sayyid Abdul Lathif yang mendasarkan pendapatnya pada ayat Al-Quran
bahwa Rasullullah Saw mampu membaca dan menulis. Ayat Al-Quran yang dimaksud
adalah Qs Ali ‘Imran ayat 164 yang menyatakan, “Sungguh Allah telah memberi
karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka
seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Al-Kitab dan hikmah. Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
“Berdasarkan apa yang digambarkan secara
gamblang oleh Al-Quran di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban pertama Nabi
Muhammad Saw terhadap umatnya adalah mengajarkan Al-Quran. Masuk akal jika
persyaratan minimum yang dibutuhkan oleh orang yang ingin mengajarkan kitab
atau kandungan dalam kita tertentu kepada orang lain, sebagaimana ditegaskan
Al-Quran sendiri adalah kemampuan menulis, atau minimal, bisa membaca apa yang
tertulis dengan pena,” tulis Thohir.
0 komentar:
Post a Comment