rangkuman pengetahuan, resensi buku, dan opini

20 May 2007

Biografi Ismail Marzuki


Rayuan Pulau Kelapa mengalun dalam irama lambat. Di layar kaca; laut biru, hutan hijau, pemukiman rombeng di pinggir kali, tukang becak, tentara-tentara berbaris tegap, siluet nelayan di senja merah tembaga, anak-anak sekolah berseragam putih merah. Semua tampak dalam gerak yang diperlambat. Di akhir nada, merah putih berkibar di angkasa biru, juga dalam berkibar lambat.

Seperti itukah Indonesia?
Segala sesuatunya bergerak lambat. Indonesia yang (di)-slaw motion-(kan). Atau, Indonesia yang penuh dengan warna, Indonesia yang tak melulu indah, tapi juga Indonesia yang kumuh. Sebenarnya apa yang ada di benak Ismail Marzuki ketika mencipta lagu ini.

Tepatkahkah terjemahan stasiun televisi atas lagu ini?

Musik adalah anak zaman. Rayuan Pulau Kelapa dicipta Maing, begitu sapaan akrab Ismail Marzuki, semasa penjajahan Jepang, 1944. Setahun sebelum Indonesia menyatakan diri sebagai negeri merdeka. Ketika Jepang masih bertengger di pucuk kekuasaan.

Syair Rayuan Pulau Kelapa sarat dengan patriotisme. Lirik pertama, Tanah airku Indonesia adalah sebuah klaim tanah air. Yang memiliki tanah air adalah Maing, anak Betawi itu, bukan Jepang. Dengan lagu itu, Maing sedang melawan dalam nada yang lambat. Tak menghentak, tapi menyalak. Berteriak tapi lirih. Sederhananya begini, “Ini Indonesia tanah air gue, ngapain loe di sini!”

Inilah yang diungkap buku ini, biografi Maing. Anak jakarte’ yang lahir pada 1914, yang belajar musik autoddikak. Dia yang eksistensialis. Sebagaimana sering menunjukan ke-aku-an dalam lirik lagunya.

Bagaimana dengan Sepasang Mata Bola. Lagu itu ia”cipta” ketika Indonesia menghadapi revolusi fisik. Jogjakarta menjadi ibukota. Tentara-tentara dari perbatasan menuju ibukota. Simak liriknya:

Sepasang Mata Bola
Hampir malam di Jogja, ketika keretaku tiba
Remang-remang cuaca, terkejut aku tiba-tiba
Dua mata memandang seakan-akan dia berkata
Lindungi aku pahlawan daripada si angkara murka

Sepasang mata bola
Datang dari Jakarta nuju medan perwora
Kagum ku melihatnya sinar nan perwira rela
Hati telah terpikat semoga kelak kita berjumpa pula

Sepasang mata bola
Telah memandang beta di stasiun Jogja
Sepasang mata bola seolah-olah berkata
Pergilah pahlwanku
Jangan bimbang ragu
Bersama doaku


Apa arti perjumpaan dan perpisahan di sebuah stasiun kereta. Apa arti cinta saat itu, di tengah desing peluru menderu. Ketika waktu tak mau berbagi hanya sekedar untuk menyapa. Pada akhirnya yang tersisa adalah doa dan harapan. Sebuah potret usang yang mengabadi: rasa perpisahan yang akrab dalam setiap perpisahan dan pertemuan di stasiun kereta.

Inilah kecerdasan Maing menangkap suasana. Menuangkannya dalam lagu. Ia yang nasionalis. Ia yang berteriak dengan nada yang pelan.Seperti kemarahan seorang Arjuna. Sebagaimana pembawaannya yang halus dan perlente.

Tapi ia dikritik para musikus Barat. Lagunya berkiblat Barat. Tak ada yang asli dari daya cipta Maing.

Suatu kali Maing sebelum mangkat pada 1958 pernah berkata:
“Saja bukan avonturier musik dan untuk menentukan arah musik Indonesia kepada sesuatu tingkat jang lebih tinggi, sebenarnja bukan hak saja...Saja akan tetapi typisch Indonesia...Mentjapai jang disebut kemadjuan dalam musik Indonesia untuk kemudian hari, saja serahkan kepada generasi sesudah saja”.


Identitas Buku:
Judul: Ismail Marzuki; Musik, Tanah Air dan Cinta
Pengarang: Teguh Esha, Wasmi Alhaziri, Muhammad Fauzi, Sabtu Donald W, Erwin R Sigarlaki
Penerbit: Pustaka LP3ES
Cetakan: Agustus 2005

Tebal: 195 hlm.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Biografi Ismail Marzuki

3 komentar:

zen said...

Ini resensi terbaikmu untuk bulan Mei. Lumayan, kendati bisa diperpanjang dan tak sependek ini. Hahaha... kau masih ingat sepertinya apa yang kubilang ihwal mitos mooi indie di lagu-lagu penutup siaran tv di indonesia.

Anonymous said...

IMHO lagu2 Nasional karya Ismail Marzuki yg terbaik, dulu sering aku nyanyiin pas SD di depan kelas hehehe..

FEBRI HOX said...

yang punya info buku ini tlong hub. 085695478344(febri) SANGAT DIBUTUHKAN............... T.T