Baru-baru ini sebuah diskusi
dengan tema “Melek Media : Menanggulangi Konten Negatif Fundamentalisme Agama
Di Dunia Maya” yang diadakan oleh Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) dibatalkan
oleh Kepolisian Daerah Yogyakarta. Belum jelas alasan Kepolisian melarang
diskusi tersebut. Kemungkinan karena kata “fundamentalisme agama” itulah
diskusi tersebut dilarang.
Fundamentalisme sendiri “awalnya merupakan gerakan dalam teologi Protestan abad ke-20 di Amerika, yang berkeras pada bagian teologi Luther, yaitu pasal kesetiaan pada kitab
suci sebagai jalan keselamatan, tanpa reserve historiografi gereja. Karena sikapnya yang hanya
membuka diri pada ruang tertentu dan tidak pada yang lainnya, maka kata
fundamentalisme di kemudian hari dinilai sebagai pandangan yang kaku.” (Remy Sylado)
Kita belum tahu
apakah fundamentalisme yang dimaksud dalam diskusi terbut sebatas ruang
lingkung di Indonesia atau mencakup fundamentalisme dalam lingkup global. Sebab
terminologi fundamentalisme agama ada
di setiap institusi agama seperti di Buddhisme, Hinduisme,
Katolikisme, Protestanisme, atau bahkan Pan-Islamisme. Dalam lingkup global
fundamentalisme agama itu bisa dicontohkan di pelbagai negara seperti di
Myanmar, India, Italia, Amerika. Satu hal yang dicatat. fundamentalisme memang kerap
kali berbenturan dengan pruralisme yakni “pandangan filsafat yang menolak reduksi terhadap segala sesuatu hanya pada
satu saja prinsip yang final tetapi membuka diri terhadap beragam prinsip yang boleh jadi lebih benar dan karenanya harus diapresiasi.”
Karena itu memahami isme-isme di dunia dari Abeesisme hingga Zwinglianisme itu penting. Semua
isme yang tumbuh dan berkembang di dunia merupakan bagian dari semesta
pengetahuan. Dengan memahami bagian semesta pengetahuan itu, semoga saja, kita
manusia ini punya persepsi yang bijaksana terhadap setiap perkara.
Dengan buku Kamus Isme-isme Yapi
Tambayong alias Remy Sylado, setidaknya membuka jalan ke arah itu. Remy Sylado
tidak sekadar menjelaskan isme-isme tersebut secara terminologis tapi juga
secara konteks kesejarahan dan keterkaitan dengan ilmu-ilmu lain yang berkaitan.
Di sinitulah uniknya isme-isme yang
disusun oleh Remy Silado.
Sebagai contoh Zionisme, Remy Sylado menjelaskannya demikian:
“Zionisme,
gerakan Yahudi seluruh
dunia yang bertetap hati, dengan cara ngotot, dan disertai teror, menduduki
wilayah sekitar Palestina, menjadi kawasan negara Israel. Untuk itu Israel
tidak peduli bahwa tindakannya itu dikutuk oleh bangsa-bangsa yang menginginkan
hidup damai dengan perdamaian dan kedamaian. Tetapi, berbicara di luar konteks
politik yang dilakukan Zionisme Israel dengan serba kekerasan, maka benihnya di
lajur sejarah yang berpegang pada sumber biblis, biblikal, atau alkitabiah,
memang sulit dimengerti oleh siapapun peri keyahudian dan keisraelan bangsa
keturunan Yakub bin Ishak bin Ibrahim ini. Secara historis, demikian termaktub
dalam sumber filologi Ibrani yang sama-sama dibaca sebagai kitab suci oleh
pihak Yahudi dan pihak Nasrani, bahwa Yakub berkelahi dengan malaikat Jibrail
(Jibril, Gabriel) di Pniel, dan malaikat itu tidak berhasil mengalahkan Yakub.
Yakub berjanji akan melepaskan “pitingan”-nya asal dengan satu syarat, yaitu
memberkatinya. Maka malaikat itu pun memberinya nama Israel: artinya dalam
etimologi populer “yang kuat melawan Allah” (Kejadian 32:28). Namun, di samping
bangsa yang diberkati, Israel juga bangsa yang dikutuk karena permintaannya
sendiri. Demikian terbaca dalam sumber filologi Yunani tentang permintaan para
pemuka Yahudi menuntut kepada penguasa Romawi, Pontius Pilatus, agar menghukum
mati Yesus, Gagapgempita suara Yahudi, dipimpin oleh petinggi agamanya,
menyatakan bahwa mereka yang bertanggungjawab atas kematian Yesus, “Biarlah
darah-Nya ditanggungkan atas kami dan anak-anak kami”, (Matius 27:25). Gerangan
tidaklah heran, bahwa dalam Perang Dunia II Hitler membunuh Yahudi sampai 6
juta orang. Lalu, setelah habis perang, pihak Inggris yang menang bersama
sekutu, lantas mengatur memulangkan sisa-sisa Yahudi yang hidup, ke wilayah
sekitar Palestina, lewat gerakan Zionisme, merebut tanah yang didiami
bangsa-bangsa Arab, menjadikannya negara Israel. Moshe Dayan, jendral Yahudi
bermata satu, melakukan serangan besar pada 1960-an untuk memamerkan kekuatan
Zionisme, dan orang di Barat bertepuktangan. Ketika Gus Dur menjadi presiden
keempat RI, dicoba menggalang hubungan diplomatik dengan Israel, dan reaksi
terhadap gagasan itu karuan keras sekali.”
Kamus
Isme-isme karangan
Remy Sylado, sekali lagi, membuka cara berpikir pembacanya untuk meluas dan
mendalam. Dengan mempelajarinya semoga saja kita terhindar dari ndoroisme dan
abeesisme, dijauhkan dari asbunisme.
Identitas Buku:
Judul: Kamus Isme-isme
Penulis:Yapi Tambayong (Remy Sylado)
Tahun Cetak: 2013
Penerbit: Nuansa Cendekia. Kompleks Sukup Baru 23 Ujungberung, Bandung (022-76883000)
0 komentar:
Post a Comment