rangkuman pengetahuan, resensi buku, dan opini

08 November 2014

Kamus Isme-Isme Remy Sylado, Dari Abeesisme hingga Zwinglianisme

Baru-baru ini sebuah diskusi dengan tema “Melek Media : Menanggulangi Konten Negatif Fundamentalisme Agama Di Dunia Maya” yang diadakan oleh Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) dibatalkan oleh Kepolisian Daerah Yogyakarta. Belum jelas alasan Kepolisian melarang diskusi tersebut. Kemungkinan karena kata “fundamentalisme agama” itulah diskusi tersebut dilarang.


Fundamentalisme sendiri “awalnya merupakan gerakan dalam teologi Protestan abad ke-20 di Amerika, yang berkeras pada bagian teologi Luther, yaitu pasal kesetiaan pada kitab suci sebagai jalan keselamatan, tanpa reserve historiografi gereja. Karena sikapnya yang hanya membuka diri pada ruang tertentu dan tidak pada yang lainnya, maka kata fundamentalisme di kemudian hari dinilai sebagai pandangan yang kaku.” (Remy Sylado)

Kita belum tahu apakah fundamentalisme yang dimaksud dalam diskusi terbut sebatas ruang lingkung di Indonesia atau mencakup fundamentalisme dalam lingkup global. Sebab terminologi fundamentalisme agama ada di setiap institusi agama seperti di Buddhisme, Hinduisme, Katolikisme, Protestanisme, atau bahkan Pan-Islamisme. Dalam lingkup global fundamentalisme agama itu bisa dicontohkan di pelbagai negara seperti di Myanmar, India, Italia, Amerika. Satu hal yang dicatat. fundamentalisme memang kerap kali berbenturan dengan pruralisme yakni “pandangan filsafat yang menolak reduksi terhadap segala sesuatu hanya pada satu saja prinsip yang final tetapi membuka diri terhadap beragam prinsip yang boleh jadi lebih benar dan karenanya harus diapresiasi.

Karena itu memahami isme-isme di dunia dari Abeesisme hingga Zwinglianisme itu penting. Semua isme yang tumbuh dan berkembang di dunia merupakan bagian dari semesta pengetahuan. Dengan memahami bagian semesta pengetahuan itu, semoga saja, kita manusia ini punya persepsi yang bijaksana terhadap setiap perkara.

Dengan buku Kamus Isme-isme Yapi Tambayong alias Remy Sylado, setidaknya membuka jalan ke arah itu. Remy Sylado tidak sekadar menjelaskan isme-isme tersebut secara terminologis tapi juga secara konteks kesejarahan dan keterkaitan dengan ilmu-ilmu lain yang berkaitan. Di sinitulah uniknya isme-isme yang disusun oleh Remy Silado.
Sebagai contoh Zionisme, Remy Sylado menjelaskannya demikian:
Zionisme, gerakan Yahudi seluruh dunia yang bertetap hati, dengan cara ngotot, dan disertai teror, menduduki wilayah sekitar Palestina, menjadi kawasan negara Israel. Untuk itu Israel tidak peduli bahwa tindakannya itu dikutuk oleh bangsa-bangsa yang menginginkan hidup damai dengan perdamaian dan kedamaian. Tetapi, berbicara di luar konteks politik yang dilakukan Zionisme Israel dengan serba kekerasan, maka benihnya di lajur sejarah yang berpegang pada sumber biblis, biblikal, atau alkitabiah, memang sulit dimengerti oleh siapapun peri keyahudian dan keisraelan bangsa keturunan Yakub bin Ishak bin Ibrahim ini. Secara historis, demikian termaktub dalam sumber filologi Ibrani yang sama-sama dibaca sebagai kitab suci oleh pihak Yahudi dan pihak Nasrani, bahwa Yakub berkelahi dengan malaikat Jibrail (Jibril, Gabriel) di Pniel, dan malaikat itu tidak berhasil mengalahkan Yakub. Yakub berjanji akan melepaskan “pitingan”-nya asal dengan satu syarat, yaitu memberkatinya. Maka malaikat itu pun memberinya nama Israel: artinya dalam etimologi populer “yang kuat melawan Allah” (Kejadian 32:28). Namun, di samping bangsa yang diberkati, Israel juga bangsa yang dikutuk karena permintaannya sendiri. Demikian terbaca dalam sumber filologi Yunani tentang permintaan para pemuka Yahudi menuntut kepada penguasa Romawi, Pontius Pilatus, agar menghukum mati Yesus, Gagapgempita suara Yahudi, dipimpin oleh petinggi agamanya, menyatakan bahwa mereka yang bertanggungjawab atas kematian Yesus, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan anak-anak kami”, (Matius 27:25). Gerangan tidaklah heran, bahwa dalam Perang Dunia II Hitler membunuh Yahudi sampai 6 juta orang. Lalu, setelah habis perang, pihak Inggris yang menang bersama sekutu, lantas mengatur memulangkan sisa-sisa Yahudi yang hidup, ke wilayah sekitar Palestina, lewat gerakan Zionisme, merebut tanah yang didiami bangsa-bangsa Arab, menjadikannya negara Israel. Moshe Dayan, jendral Yahudi bermata satu, melakukan serangan besar pada 1960-an untuk memamerkan kekuatan Zionisme, dan orang di Barat bertepuktangan. Ketika Gus Dur menjadi presiden keempat RI, dicoba menggalang hubungan diplomatik dengan Israel, dan reaksi terhadap gagasan itu karuan keras sekali.

Kamus Isme-isme karangan Remy Sylado, sekali lagi, membuka cara berpikir pembacanya untuk meluas dan mendalam. Dengan mempelajarinya semoga saja kita terhindar dari ndoroisme dan abeesisme, dijauhkan dari asbunisme.

Identitas Buku:
Judul: Kamus Isme-isme
Penulis:Yapi Tambayong (Remy Sylado)
Tahun Cetak: 2013
Penerbit: Nuansa Cendekia. Kompleks Sukup Baru 23 Ujungberung, Bandung (022-76883000)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Kamus Isme-Isme Remy Sylado, Dari Abeesisme hingga Zwinglianisme

0 komentar: